Mikrobiologi Lingkungan
Lingkungan, sesuatu yang ada di sekeliling kita dimana semua makhluk hidup
berada dari makhluk terkecil (mikroorganisme) sampai makhluk yang sempurna
(manusia). Lingkungan yang terdiri dari udara, air dan tanah dimana dari ketiga
komponen tersebut kita sangat membutuhkannya dalam kehidupan sehari-hari, bila
ketiga komponen tersebut terganggu maka terganggu pula aktivitas kita, misalnya
saja jika terdapat mikroorganisme yang tidak menguntungkan dalam air dan yang
lain-lainnya, lebih lanjutnya akan kita bahas di bawah ini. Peranan
mikroorganisme dalam pengelolaan pencemaran lingkungan dapat terjadi dalam dua
hal :
a)
Mikroorganisme yang telah
direkayasa dapat digunakan untuk menggantikan suatu proses produk sehingga
hanya menghasilkan polutan sedikit mungkin.
b)
Mikroorganisme yang telah
direkayasa dapat digunakan sebagai organisme pembersih.
Mikrobiologi udara
Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup dan
tumbuh terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri atas
organisme-organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa
serta pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia agaknya menimbulkan bakteri
di udara, batuk, dan bersin menimbulkan aerosol biologi (yaitu kumpulan
partikel di udara). Kebanyakan partikel dalam aerosol biologi terlalu besar
untuk mencapai paru-paru, karena partikel-partikel ini tersaring pada daerah
pernapasan atas. Sebaliknya, partikel-partikel yang sangat kecil mungkin
mencapai tapak-tapak infektif yang berpotensi. Jadi, walaupun udara tidak
mendukung kehidupan mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat
ditunjukkan dalam cuplikan udara. Jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu
volume udara akan bervariasi sesuai dengan lokasi, kondisi cuaca dan jumlah
orang yang ada. Daerah yang berdebu hampir selalu mempunyai populasi
mikroorganisme atmosfer yang tinggi. Sebaliknya, hujan, salju atau hujan es
akan cenderung mengurangi jumlah organisme di udara dengan membasuh
partikel-partikel yang lebih berat dan mengendapkan debu.
Menurut Unus Suriawiria (1985), kompisisi baku udara yang kita hisap setiap
saat, sudah diketahui sejak lama. Walaupun begitu sejalan dengan semakin
kompleknya masalah pencemaran udara maka komposisi tersebut banyak yang
berubah, khususnya karena terdapat komponen asing/mikroorganisme. Komposisi
baku udara secara kimia sebagai berikut:
Tabel
Komposisi udara murni tanpa cemaran mikrooganisme
Komponen
|
Komposisi (ppm)
|
|
Per Volume
|
Per Berat
|
|
Nitrogen
|
780.900
|
755.100
|
Oksigen
|
209.500
|
231.500
|
Argon
|
9.300
|
12.800
|
CO2
|
300
|
460
|
Neon
|
18
|
12,5
|
Helium
|
5,2
|
0,72
|
Metan
|
2,2
|
1,2
|
Kripton
|
1
|
2,9
|
N. Oksida
|
1
|
1,5
|
Hidrogen
|
0,5
|
0,08
|
Xenon
|
0,08
|
0,36
|
Kelompok mikroorganisme yang paling banyak
berkeliaran di udara bebas adalah bakteri, jamur (termasuk didalamnya ragi) dan
juga mikroalgae. Kehadiran jasad hidup tersebut didalam udara, ada yang didalam
bentuk vegetatif (tubuh jasad) ataupun dalam bentuk generatif (umumnya spora).
Jenis
mikroba yang ditemukan di udara
Selain gas, partikel debu dan uap air, udara juga mengandung mikroorganisme. Di
udara terdapat sel vegetatif dan spora bakteri, jamur dan ganggang, virus dan
kista protozoa. Selama udara terkena sinar matahari, udara tersebut akan
bersuhu tinggi dan berkurang kelembabannya. Selain mikroba yang mempunyai
mekanisme untuk dapat toleran pada kondisi ini, kebanyakan mikroba akan mati.
Udara terutama merupakan media penyebaran bagi mikroorganisme. Mereka
terdapat dalam jumlah yang relatif kecil bila dibandingkan dengan di air atau
di tanah. Mikroba udara dapat dipelajari dalam dua bagian, yaitu mikroba di
luar ruangan dan di dalam ruangan.
Pentingnya
mikroorganisme udara telah dipelajari sejak 1799, di mana tahun Lazaro
Spallanzani berusaha untuk menyangkal teori “generatio spontanea”. Tahun 1837,
Theodore Schwann, dalam percobaan untuk mendukung pandangan Spallanzani
memasukkan udara segar yang telah dipanaskan ke dalam kaldu daging steril dan
menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroba tidak dapat terjadi. Louis Pasteur pada
tahun 1861 merupakan orang yang pertama menunjukkan bahwa mikroorganisme tumbuh
akibat kontaminasi dari udara. Dia menggunakan kapas khusus untuk menyaring
udara sehingga mikroba tidak dapat masuk ke dalam kaldu daging steril. Dia
secara mikroskopis menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam kapas. Dalam
percobaan menggunakan tabung berleher angsa, ia menunjukkan bahwa pertumbuhan
tidak bisa terjadi dalam media steril kecuali terdapat kontaminasi dari udara
yang tidak steril.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keberadaan Mikroba Di Udara
Sejumlah faktor intrinsik dan lingkungan mempengaruhi dan distribusi jenis
mikroflora di udara. faktor intrinsik meliputi sifat dan keadaan fisiologis
mikroorganisme dan juga keadaan suspensi. Spora relatif lebih banyak daripada
sel vegetatif. Hal ini terutama karena sifat spora dorman yang
memungkinkan mereka untuk mentolerir kondisi yang tidak menguntungkan seperti
pengeringan, kurangnya nutrisi yang cukup dan radiasi ultraviolet. Demikian pula spora fungi berlimpah di udara karena spora merupakan alat
penyebaran penyebaran fungi.
Ukuran
mikroorganisme merupakan faktor yang menentukan jangka waktu mereka untuk
tetap melayang di udara. Umumnya mikroorganisme yang lebih kecil dapat
dengan mudah dibebaskan ke udara dan tetap di sana selama jangka waktu lama.
Miselium fungi memiliki ukuran yang lebih besar dan karena itu tidak dapat
bertahan lama di udara. Keadaan suspensi memainkan peran penting
keberadaan mikroorganisme di udara. Semakin kecil suspensi, semakin besar
kemungkinan mereka untuk tetap berada di udara. Biasanya mereka melekat pada partikel debu dan air liur. Mikroorganisme
yang ada dalam partikel debu di udara hanya hidup untuk waktu yang singkat.
Tetesan yang dibuang ke udara melalui batuk atau bersin juga hanya dapat
bertahan di udara untuk waktu singkat. Namun
jika ukuran
suspensi menurun, mereka dapat bertahan lama di udara.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu atmosfer,
kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan kelembaban relatif
adalah dua faktor penting yang menentukan viabilitas dari mikroorganisme dalam
aerosol. Studi dengan Serratia
marcesens dan E. coli menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udara
terkait erat dengan suhu.
Ada peningkatan yang progresif di
tingkat kematian dengan peningkatan suhu dari -18° C sampai 49o C.
Virus dalam aerosol menunjukkan perilaku serupa. Partikel influenza, polio dan
virus vaccinia lebih mampu bertahan hidup pada temperatur rendah, 7-24° C.
tingkat kelembaban relatif (RH) optimum untuk kelangsungan hidup mikroorganisme
adalah antara 40 sampai 80%. Kelembaban relatif yang lebih tinggi maupun lebih
rendah menyebabkan kematian mikroorganisme. Hampir semua virus mampu bertahan
hidup lebih baik pada RH
17 sampai 25%. Namun, virus poliomyelitis
bertahan lebih baik pada RH 80 – 81%. Kemampuan mikroba bertahan hidup lebih
ditentukan oleh RH dan suhu. Pada semua temperatur, kemampuan mereka untuk
bertahan hidup adalah pada RH ekstrem. Terlepas dari RH, peningkatan suhu
menyebabkan penurunan waktu bertahan.
Pengaruh angin juga menentukan
keberadaan mikroorganisme di udara. Pada udara
yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi. Tapi sedikit aliran udara
dapat menjaga mereka dalam suspensi untuk waktu yang relatif lama. Angin
penting dalam penyebaran mikroorganisme karena membawa mereka lebih jauh.
Arus juga memproduksi turbulensi udara yang menyebabkan distribusi vertikal
mikroba udara. Pola cuaca global juga mempengaruhi penyebaran vertikal.
Ketinggian membatasi distribusi mikroba di udara. Semakin tinggi dari permukaan
bumi, udara semakin kering, radiasi ultraviolet semakin tinggi, dan suhu
semakin rendah sampai bagian puncak troposfer. Hanya spora yang dapat bertahan dalam kondisi ini, dengan demikian, mikroba
yang masih mampu bertahan pada ketinggian adalah mikroba dalam fase spora dan
bentuk-bentuk resisten lainnya.
Distribusi
Mikroba di Udara
Belum ada mikroba yang habitat
aslinya di udara. Pada sub pokok bahasan sebelumnya mikrooganisme di udara
dibagi menjadi 2, yaitu mikroorganisme udara di luar ruangan dan mikroorganisme
udara di dalam ruangan. Mikroba paling banyak
ditemukan di dalam ruangan.
1. Mikroba Di Luar Ruangan
Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun terestrial. Mikroba di udara pada ketinggian 300-1,000 kaki atau lebih dari permukaan
bumi adalah organisme tanah yang melekat pada fragmen daun kering, jerami, atau
partikel debu yang tertiup angin. Mikroba tanah masih dapat ditemukan di
udara permukaan laut sampai sejauh 400 mil dari pantai pada ketinggian sampai
10.000 kaki. Mikroba yang paling banyak ditemukan yaitu spora jamur, terutama
Alternaria, Penicillium, dan Aspergillus. Mereka dapat ditemukan baik di daerah
kutub maupun tropis.
Mikroba
yang ditemukan di udara di atas pemukiman penduduk di bawah ketinggian 500 kaki
yaitu spora Bacillus dan Clostridium, yeast, fragmen dari miselium, spora
fungi, serbuk sari, kista protozoa, alga, Micrococcus, dan Corynebacterium, dan
lain-lain.
2. Mikroba di dalam
Ruangan
Dalam
debu dan udara di sekolah dan bangsal rumah sakit atau kamar orang menderita
penyakit menular, telah ditemukan mikroba seperti bakteri tuberkulum,
streptokokus, pneumokokus, dan staphylokokus. Bakteri ini
tersebar di udara melalui batuk, bersin, berbicara, dan tertawa. Pada proses
tersebut ikut keluar cairan saliva dan mukus yang mengandung mikroba. Virus
dari saluran pernapasan dan beberapa saluran usus juga ditularkan melalui debu
dan udara. Patogen dalam debu terutama berasal dari objek yang terkontaminasi
cairan yang mengandung patogen. Tetesan cairan (aerosol) biasanya
dibentuk oleh bersin, batuk dan berbicara. Setiap tetesan terdiri dari air liur
dan lendir yang dapat berisi ribuan mikroba. Diperkirakan bahwa jumlah bakteri
dalam satu kali bersin berkisar antara 10.000 sampai 100.000. Banyak
patogen tanaman juga diangkut dari satu tempat ke tempat lain melalui udara dan
penyebaran penyakit jamur pada tanaman dapat diprediksi dengan mengukur
konsentrasi spora jamur di udara.
3. Mikroorganisme Udara di Rumah
Sakit
Meskipun rumah sakit adalah tempat pengobatan berbagai penyakit, ada kasus
dimana penyakit menular tambahan diderita pasien pada saat rawat inap. Udara di
dalam rumah sakit dapat bertindak sebagai reservoir mikroorganisme patogen yang
ditularkan oleh pasien. Infeksi yang diperoleh selama perawatan di rumah
sakit tersebut disebut infeksi nosokomial dan patogen yang terlibat disebut
sebagai patogen nosokomial. Infeksi, diwujudkan oleh gejala terkait, setelah
tiga hari dirawat di rumah sakit bisa dianggap sebagai infeksi nosokomial
(Gleckman & Hibert, 1982 dan Bonten & Stobberingh, 1995). Terdapat dua
cara utama penyebaran patogen nosokomial, yaitu dengan kontak (baik langsung
atau tidak langsung), dan penyebaran melalui udara.
Infeksi nosokomial di rumah sakit mungkin dibawa oleh staf atau pasien yang
masuk ke rumah sakit. Infeksi nosokomial yang banyak ditemukan yaitu berasal
dari Haemophilus. influenzae, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aeruginosa, anggota Enterobacteriaceae dan virus pernafasan.
Macam- macam penyakit yang ditularkan melalui udara
1. Tuberkulosis atau TBC
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang
sangat mudah sekali dalam penularannya. Penderita TBC biasanya mengalami batuk
yang berkepanjangan sebagai gejala utama selama beberapa minggu yang diikuti
dengan demam tinggi. Biasanya demam menyerang pada malam hari, namun ketika
siang demam akan berkurang bahkan cenderung turun dan akan datang lagi bila
mulai menjelang malam. Orang yang terkena TBC, daya tahan tubuhnya akan menurun
secara drastis, nafsu makan berkurang, dan berat badan juga menurun dengan
sangat cepat, rasa lelah dan batuk-batuk. Ini terjadi jika infeksi awal telah
berkembang menjadi progressive tuberculosis yang menjangkiti organ paru dan
organ tubuh lainnya.
Dalam kasus reactivation tuberculosis, infeksi
awal tubercilosis (primary tuberculosis) mungkin telah lenyap tetapi bakterinya
tidak mati melinkan hanya “tidur” untuk sementara waktu. Bakteri ini akan aktif
apabila kondisi tubuh sedang tidak fit dan dalam imunitas yang rendah. Bila
penyakit ini semakin progresif maka bakteri yang aktif akan merusak jaringan
paru-paru dan berbentuk rongga-rongga (lubang) pada paru-paru penderita, maka
si penderita akan batuk-batuk dan memproduksi sputum (dahak) yang bercampur
darah. Bila tidak segera dilakukan tindakan penanganan maka akan dapat
menimbulkan kematian pada si penderita. Penderita yang tidak berobat dapat
menularkan penyakitnya kepada orang disekitarnya.
Pada umumnya penularan TBC terjadi secara
langsung ketika sedang berhadap-hadapan dengan si penderita, yaitu melalui
ludah dan dahak yang keluar dari batuk dan hembusan nafas penderita. Secara
tidak langsung dapat juga melalui debu, Lamanya dari terkumpulnya kuman sampai
timbulnya gejala penyakit dari yang berbulan-bulan sampi tahunan membuat
penyakit ini digolongkan penyakit kronis.
Gejala umum
yang sering dirasakan adalah :
a)
Batuk lama lebih dari 30 hari
yang disertai ataupun tidak dengan dahak bahkan bisa disertai
juga dengan batuk darah.
b)
Demam lama dan berulang tanpa
sebab yang jelas (bukan tifoid, malaria, atau infeksi saluran nafas akut), dan
terkadang disertai dengan badan yang berkeringat di malam hari.
c)
Nafsu makan
menurun dan bila terjadi pada anak maka terlihat gagal
d)
tumbuh serta penambahan berat
badan tidak memadai sesuai dengan usia anak tersebut.
e)
Berat badan menurun dengan
drastis tanpa sebab yang jelas disamping karna nafsu makan yang menurun, pada
anak berat badan tidak naik dalam satu bulan walaupun sudah dilakukan
penanganan gizi.
f)
Adanya
pembesaran kelenjar seperti di leher atau ketiak.
g)
Pencegahan dan Penanganan
Pengobatan TBC
Pengobatan TBC
TBC bisa diobati, asalkan benar-benar mempunyai
keinginan dan semangat yang besar untuk sembuh. Dorongan dari keluarga dan orang disekitar anda sangatlah diperlukan.
Pemeriksaan yang intensif dan teliti serta disiplin minum obat yang diberikan
dokter harus dilakukan penderita agar penyakit yang dideritanya segera sembuh.
Pengobatan yang dilakukan dapat bertujuan untuk menyembuhkan, mencegah
kematian, dan kekambuhan.
Adapun obat TBC yang utama adalah Isoniazid,
Rifampisin, Pirazinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan yang sering digunakan adalah Kanamisin, Kuinolon,
Makroloid, dan Amoksilin dikombinasikan dengan Klavulanat. Pengobatan ini
dilakukan selama 12 bulan untuk keseluruhan. Faktor utama dari pada kesembuhan
adalah prilaku dan lingkungan dimana sipenderita itu tinggal, kedisiplinan
dalam minum obat dan dan dukungan orang-orang disekitar si penderita.
Dalam proses penyembuhan,
sipenderita harus minum obat sesuai dengan petunjuk dan waktu yang telah
ditentukan (6–12 bulan) berturut-turut tanpa putus serta mengkonsumsi
makanan-makanan yang bergizi. Selain petugas kesehatan yang memantau dan
mengawasi, keluarga juga di ajak turut serta dalam mengawasi dan memastikan si
penderita TBC meminum obat yang telah diberikan. Jika si penderita tidak
disiplin dan teratur dalam meminum obat, dapat mengakibatkan kuman-kuman yang
ada didalam tubuh akan menjadi kebal terhadap obat tersebut. Dan apabila si
penderita berhenti minum obat sebelum waktunya maka, batuk yang sudah hilang
akan timbul kembali dan kemungkinan kuman akan kebal dan TBC akan sulit untuk
disembuhkan.
Dilakukannya pengobatan selama
6–9 bulan karena, bakteri-bakteri tuberkulosis memiliki daya tahan yang sangat
kuat hingga berbulan-bulan walaupun sudah terkena antibiotik. Kombinasi
beberapa obat sangat diperlukan karena untuk menghadapi kuman TBC yang berada
dalam berbagai stadium dan fase pertumbuhan yang cepat. Walaupun gejala-gejala
sudah hilang, namun pengobatan tidak boleh berhenti sampai batas waktu yang
telah ditentukan. Selain obat rekomendasi dari dokter, ada juga obat
tradisional yang bisa digunakan yang sudah sejak dahulu digunakan yaitu :
a)
Sambiloto
(Andrographis paniculata) : Daun kering digiling ditambah madu secukupnya
kemudian dibuat pil dengan diameter 0,5 cm. Satu hari dua kali minum, setiap
kali minum 15 – 30 pil.
b)
Tembelekan :
Lantana camara : bunga kering 6 – 10 gram ditambah tiga gelas air lalu direbus
hingga setengahnya. Gunakan untuk tiga kali minum setiap harinya.
2. Meningitis
Meningitis
adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang
melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai
organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam
darah dan berpindah kedalam cairan otak.
Pasien yang
diduga mengalami Meningitis haruslah dilakukan suatu pemeriksaan yang akurat,
baik itu disebabkan virus, bakteri ataupun jamur. Hal ini diperlukan untuk
spesifikasi pengobatannya, karena masing-masing akan mendapatkan therapy sesuai
penyebabnya.
Meningitis yang
disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan pulih tanpa pengobatan dan
perawatan yang spesifik. Namun Meningitis disebabkan oleh bakteri bisa
mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran,
kurangnya kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Sedangkan Meningitis
disebabkan oleh jamur sangat jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang
mengalami kerusakan immun (daya tahan tubuh) seperti pada penderita AIDS.
Bakteri yang dapat mengakibatkan
serangan meningitis diantaranya:
1.
Streptococcus
pneumoniae (pneumococcus).
2.
Neisseria
meningitidis (meningococcus).
3.
Haemophilus
influenzae (haemophilus).
4.
Listeria
monocytogenes (listeria).
staphylococcus aureus
mycobacterium tuberculosis
Tanda dan
Gejala Penyakit Meningitis Gejala yang khas dan umum ditampakkan oleh penderita
meningitis diatas umur 2 tahun adalah demam, sakit kepala dan kekakuan otot
leher yang berlangsung berjam-jam atau dirasakan sampai 2 hari. Tanda dan
gejala lainnya adalah photophobia (takut/menghindari sorotan cahaya terang),
phonophobia (takut/terganggu dengan suara yang keras), mual, muntah, sering
tampak kebingungan, kesusahan untuk bangun dari tidur, bahkan tak sadarkan
diri.
Pada bayi
gejala dan tanda penyakit meningitis mungkin sangatlah sulit diketahui, namun
umumnya bayi akan tampak lemah dan pendiam (tidak aktif), gemetaran, muntah dan
enggan menyusui.
Penanganan dan Pengobatan Penyakit Meningitis
Apabila ada
tanda-tanda dan gejala seperti di atas, maka secepatnya penderita dibawa
kerumah sakit untuk mendapatkan pelayan kesehatan yang intensif. Pemeriksaan
fisik, pemeriksaan labratorium yang meliputi test darah (elektrolite, fungsi
hati dan ginjal, serta darah lengkap), dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru
akan membantu tim dokter dalam mendiagnosa penyakit. Sedangkan pemeriksaan yang
sangat penting apabila penderita telah diduga meningitis adalah pemeriksaan
Lumbar puncture (pemeriksaan cairan selaput otak). Jika berdasarkan pemeriksaan
penderita didiagnosa sebagai meningitis, maka pemberian antibiotik secara Infus
(intravenous) adalah langkah yang baik untuk menjamin kesembuhan serta
mengurang atau menghindari resiko komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada
penderita tergantung dari jenis bakteri yang ditemukan.
Adapun beberapa
antibiotik yang sering diresepkan oleh dokter pada kasus meningitis yang
disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae dan Neisseria
meningitidis antara lain Cephalosporin (ceftriaxone atau cefotaxime).
Sedangkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria monocytogenes
akan diberikan Ampicillin, Vancomycin dan Carbapenem (meropenem),
Chloramphenicol atau Ceftriaxone. Treatment atau therapy lainnya adalah yang
mengarah kepada gejala yang timbul, misalnya sakit kepala dan demam
(paracetamol), shock dan kejang (diazepam) dan lain sebagainya.
Pencegahan Tertularnya Penyakit
Meningitis
Meningitis yang
disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin, ciuman, sharing
makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok bergantian dalam satu
batangnya. Maka bagi anda yang mengetahui rekan atau disekeliling ada yang
mengalami meningitis jenis ini haruslah berhati-hati. Mancuci tangan yang
bersih sebelum makan dan setelah ketoilet umum, memegang hewan peliharaan.
Menjaga stamina (daya tahan) tubuh dengan makan bergizi dan berolahraga yang
teratur adalah sangat baik menghindari berbagai macam penyakit.
3. Flu Burung
Avian Influenza atau flu burung
adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza H5N1. Virus yang membawa penyakit ini terdapat pada unggas dan dapat menyerang
manusia. Flu burung terkadang sulit terdeteksi pada stadium awal, karena gejala
klinis penyakit ini sangat mirip dengan gejala flu biasa,antara lain demam,
sakit tenggorokan, batuk, pilek, nyeri otot, sakit kepala, dan lemas. Namun,
dalam waktu singkat penyakit ini dapat menyerang paru-paru dan menyebabkan
peradangan (pneumonia). Jika tidak dilakukan penanganan segera, pada banyak
kasus penderita akan meninggal dunia.
Virus influenza H5N1 merupakan
penyebab wabah flu burung pada unggas dan memiliki sifat dapat bertahan hidup
di air hingga empat hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C.
Penularan virus flu burung berlangsung melalui saluran pernapasan. Unggas yang terinfeksi virus ini akan mengeluarkan virus dalam jumlah besar
di kotorannya. Manusia dapat terjangkit virus ini bila kotoran unggas bervirus
ini menjadi kering, terbang bersama debu, lalu terhirup oleh saluran napas
manusia.
Walaupun secara umum virus H5N1 tidak menyerang
manusia, dalam beberapa kasus tertentu virus mengalami mutasi lebih ganas
sehingga dapat menyerang manusia. Upaya pencegahan penularan virus flu burung
adalah senantiasa menjaga sanitasi lingkungan. Pola hidup yang tidak menjaga kesehatan
dan kebersihan lingkungan akan mempercepat penyebaran virus ini. Selain itu,
rajinlah mencuci tangan, jangan sembarangan mengorek lubang hidung jika jemari
belum dicuci dengan sabun. Waspadai semua
kotoran unggas peliharaan, kandang, sangkar maupun kotoran burung liar.
4. Pneumonia
Pneumonia atau yang dikenal
dengan nama penyakit radang paru-paru ditandai dengan gejala yang mirip dengan
penderita selesma atau radang tenggorokan biasa, antara lain batuk, panas,
napas cepat, napas berbunyi hingga sesak napas, dan badan terasa lemas.
Penyakit ini umumnya terjadi
akibat bakteri Streptococus pneumoniae dan Hemopilus influenzae yang
berterbangan di udara terhirup masuk ke dalam tubuh. Bakteri tersebut sering
ditemukan pada saluran pernapasan, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Selain dapat menimbulkan infeksi pada paru-paru, bakteri berbahaya itu juga
dapat mengakibatkan radang selaput pada otak (meningitis) serta infeksi
pembuluh darah yang amat fatal.
Kasus pneumonia banyak terjadi di daerah yang
sistem sanitasinya buruk. Untuk itu, menjaga kebersihan di lingkungan sekitar
anda menjadi syarat utama agar terhindar dari penyakit ini, selain membiasakan
diri untuk hidup bersih dan sehat. Biasakan mencuci tangan menggunakan sabun
dan segera periksakan diri ke dokter jika mendapati gejala tersebut di atas.
Bila ditemukan banyak kasus pneumonia di suatu
wilayah, sebaiknya segera lakukan upaya preventif berupa kunjungan pemeriksaan
dan penyuluhan dari rumah ke rumah oleh petugas Puskesmas dan jika perlu
melakukan pengobatan. Tutup mulut dan hidung dengan menggunakan masker untuk
mencegah masuknya kuman ketika berada di wilayah endemik pneumonia.
5. Sars
Sindrom pernapasan akut parah atau Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) merupakan penyakit yang ditandai dengan gejala awal
gangguan pernapasan berupa napas pendek dan terkadang disertai batuk. Penyebab
SARS adalah Coronavirus, yaitu virus yang bersifat menular dan umumnya
menyerang saluran pernapasan atas, virus ini juga dapat menyebabkan flu.
Penyebaran terbanyak penyakit ini adalah di Asia, terutama Cina dan Hong Kong.
Sementara itu, di Indonesia sendiri, menurut data terakhir Badan Kesehatan
Dunia (WHO) baru ditemukan 7 kasus suspect, 2 kasus probable, dan belum ada
satu pun kasus kematian akibat penyakit ini (WHO, 21 Juli 2006).
Sars adalah stadium lanjut dari pneumonia
sehingga gejala awal yang dialami penderita juga mirip dengan flu biasa. Namun,
demam yang menyerang penderita SARS dapat mencapai 38 derajat Celcius yang
terkadang disertai dengan menggigil, sakit kepala, perasaan lesu, serta nyeri
tubuh.
Pada stadium awal penyakit biasanya penderita
akan mengalami gangguan pernapasan ringan selama tiga sampai tujuh hari. Jika
tidak segera diatasi, besar kemungkinan penderita mengalami batuk kering yang
dapat menimbulkan kekurangan oksigen dalam darah. Pada beberapa kasus,
penderita akan memerlukan napas bantuan mengunakan ventilator (alat bantu
pernapasan). Belum ditemukan vaksin untuk mencegah penyakit ini, sehingga yang
dibutuhkan adalah sikap waspada agar tidak terjangkit. Beberapa cara yang dapat
dilakukan antara lain:
Mencuci tangan sesering mungkin. Bila
bersentuhan dengan sesuatu yang banyak mengandung kuman atau kotoran, gunakan
alkohol untuk membunuh bakteri yang menempel di kulit.
Hindari menyentuh mulut, mata,
hidung dengan tangan yang kotor.
Gunakan masker apabila menderita batuk/pilek agar kuman dan bakteri tidak menyebar ke orang lain. Sebagian besar infeksi terjadi di rumah sakit, karena itu kurangi frekuensi mengunjungi ruangan dengan tingkat infeksi tinggi.
Gunakan masker apabila menderita batuk/pilek agar kuman dan bakteri tidak menyebar ke orang lain. Sebagian besar infeksi terjadi di rumah sakit, karena itu kurangi frekuensi mengunjungi ruangan dengan tingkat infeksi tinggi.
2.7 Pengendalian
penyakit yang terbawa udara:
1.
Imunisasi
Dengan
pemberian vaksin rubella pada anak-anak laki-laki dan perempuan sejak dini
2. Pengubahan kandungan jasad penyebab infeksi di udara dengan penyaringan,
sterilisasi atau pengenceran. Penyaringan udara yang diputar ulang dengan
mengalirkan jumlah udara melalui penyaring dengan memerlukan sistem ventilasi
komplek ditambah penggunaan energi yang besar. Teknik pengendalian di udara
dengan pengenceran dengan melakukan penggantian udara dalam dengan udara luar
secara terus-menerus. Terdapat juga metode untuk mengendalikan penyakit yang
disebarkan melalui udara, yaitu :
1)
Metode sinar ultraviolet
Digunakan pada ruangan yang sesak dengan daya tembus jelek, merusak mata
sehingga sinar harus diarahkan ke langit-langit
2)
Metode aliran udara satu arah
Digunakan di laboratorium industri ruang angkasa dengan batasan mahal untuk
pemanasan atau pengaturan udara
3)
Metode sirkulasi ulang, udara
tersaring
Digunakan di
tempat apa saja dengan batasan penyaring harus sering diganti.
4)
Metode pembakaran
Digunakan pada ventilasi udara dari cerobong
yang didalamnya terdapat organisme yang menginfeksi sedang dipindahkan (Volk and Wheeler, 1989).
Upaya untuk membebaskan udara dalam ruangan dari mikroba
Saat ini telah banyak dijual penyejuk udara/ AC dengan kemampuan anti
mikroba. Cara sterilisasi udara yang digunakan pada penyejuk udara tersebut
antara lain sebagai berikut:
1.
Mengalirkan
udara melalui filter yang mengandung Leuconostoc Citreum (bahan efektif untuk
menangkal avian influenza dari tumbuhan kimchii), Ag-Z (nano silver zeolite),
Houttuyina (tumbuhan obat alami dari Korea), dan Triclosan
(pembunuh jamur, bakteri, dan kuman). Keempat zat kimia itu akan bekerja secara
efektif membunuh semua jenis bakteri, kuman, dan virus flu burung.
2.
Mengalirkan
udara melewati tetesan air yang telah dialiri arus listrik.
3.
Mengalirkan
udara melewati ion perak.
Terimakasih ijin mengambil materinya :)
BalasHapus